Ada Dhyta Caturani, yang berasal dari LSM Adil (Aliansi Demokrasi dan Keadilan Rakyat). Dia bercerita baru saja dari Semarang untuk mengadvokasi para petani yang lahannya akan dijadikan lahan pabrik semen.
"Kabar duka yang kami terima, bukannya mencabut izin sesuai yang diperintahkan MK, Gubernur Ganjar Pranowo malah menerbitkan izin baru. Artinya PT Semen Indonesia meneruskan proyeknya. Ternyata perjuangan kita masih panjang," ungkapnya di Kantor LBH, Jl Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat (10/12/2016).
(Baca juga: Menangkan Petani, MA Batalkan Izin Pembangunan Pabrik Semen di Rembang)
(Baca juga: Kata Gubernur Jateng Soal Putusan MA yang Batalkan Pembangunan Pabrik Semen)
Acara di LBH ini akan dilanjutkan dengan memutarkan film berjudul "Jakarta Unfair" yang bercerita tentang penggusuran di berbagai wilayah Jakarta. Puluhan penonton yang hadir berasal dari organisasi mahasiswa dan buruh.
Korban pembantaian terduga PKI juga mencurahkan isi hatinya. Bejo, pria berusia sekitar 70 tahunan mendatangi kantor LBH untuk menceritakan sedikit kisahnya yang hingga hari ini masih sering dianggap 'berbahaya'.
"Sudah 51 tahun sejak 1965, namun kami para korban masih tetap mengalami intimidasi. Sampai hari ini kami masih dihantui stigma. Di mana hak asasi manusia?" Ungkapnya bercerita, di Kantor LBH, Jl. Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat (10/12/2016).
Dia bercerita hingga hari ini, saat dia dan teman-temannya berkumpul, masih ada aparat yang berusaha membubarkan mereka. "Bahkan ketika saya di stasiun kereta, ada saja yang motret saya, memperhatikan saya," sambungnya.
"Saya berdiri di sini sebagai perwakilan dari korban '65. Kawan kami yang jumlahnya jutaan, dibunuh oleh rezim Soeharto," serunya disambut tepuk tangan penonton.
(dnu/dnu)
Hari HAM, Pihak Petani yang Terancam Pabrik Semen Mengadu ke LBH Jakarta
http://ift.tt/2hqfa2U
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hari HAM, Pihak Petani yang Terancam Pabrik Semen Mengadu ke LBH Jakarta"
Post a Comment