Mendiang Presiden ke-4 RI, Gus Dur mendapatkan gelar kehormatan sebagai Bapak Tionghoa Indonesia. Gelar itu disematkan oleh komunitas Tionghoa Semarang, Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong (Rasa Dharma) pada Minggu, 24 Agustus 2014.
Perkumpulan Rasa Dharma memberikan gelar Bapak Tionghoa Indonesia karena Gus Dur dinilai berjasa menjadikan semua warga negara menjadi setara. Warga negara keturunan Tionghoa diberi hak yang sama dengan pribumi, termasuk dalam politik.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa Daniel Johan menceritakan bagaimana Gus Dur membebaskan diskriminasi terhadap keturunan Tionghoa. Bagimana ceritanya?
Sebelum tahun 2000, Daniel Johan tak pernah bermimpi bakal menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan duduk di jajaran elite Partai Kebangkitan Bangsa, partai yang didirikan oleh Nahdlatul Ulama. Maklum pria kelahiran Jakarta, 10 April 1972 itu berdarah Tionghoa dan beragama Buddha.
Daniel Johan di Gedung DPR RI |
Waktu itu Sulit bagi Daniel untuk berkarier di lembaga politik apalagi duduk di jajaran elite partai. Namun di tahun 1999 keadaan politik di tanah air berubah. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar NU, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjadi Presiden ke-4 Indonesia.
Di suatu pagi di tahun 2000, Daniel mendapat telepon dari Staf Presiden Gus Dur agar datang ke Istana Kepresidenan untuk sarapan bersama orang nomor 1 di republik ini.
"Saya anak muda, bukan siapa-siapa diundang makan pagi oleh Presiden Gus Dur," kenang Daniel saat berbincang dengan detikcom, Kamis (22/12/2016).
Gus Dur dan Gelar Bapak Tionghoa Indonesia
http://ift.tt/2hhMfOF
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gus Dur dan Gelar Bapak Tionghoa Indonesia"
Post a Comment