Hari Ibu, Tonggak Peran Perempuan Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia

Jakarta - Peringatan Hari Ibu jatuh tiap 22 Desember atau tepat hari ini. Di tanggal yang sama, 88 tahun lalu, para perempuan berkumpul dalam Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta. Mereka berkumpul untuk memperjuangkan arah politik Indonesia guna mencapai kemerdekaan.

"22 Desember itu saat para perempuan berkumpul untuk ikut menyumbang pemikiran-pemikiran kemerdekaan, spesifiknya tentang perempuan," kata aktivis perempuan, Nursyabani Katja Sungkana saat berbincang dengan detikcom, Kamis (22/12/2016).

Nursyahbani bercerita, saat itu para perempuan menyampaikan semua bentuk aspirasinya. Baik itu diskriminasi terhadap hak pilih perempuan atau hak politik perempuan pada saat itu.

"Para perempuan, para ibu, saat itu menyampaikan aspirasinya, karena saat itu diskriminasi perempuan di Belanda tentang hak pilih perempuan juga berimbas di sini pada saat itu. Makanya mereka menyampaikan hal itu," ungkap mantan anggota DPR itu.

Di era Presiden Soekarno, 22 Desember dijadikan sebagai Hari Ibu pada tahun 1959. Namun seiring gerak zaman, makna 22 Desember berubah.

"Memang kemudian pada masa Orde Baru, kebijakan terhadap perempuan yang didomestikasi. Saat itu pun peran perempuan hanya terbatas di organisasi PKK sampai Panca Dharma Wanita. Isi peringatan Hari Ibu juga sudah lebih banyak kepada hal perempuan sebagai ibu rumah tangga, pendidik anak dan lainnya," jelasnya.

Nursyahbani menambahkan, peran perempuan sebelum reformasi dan Orde Baru telah berubah. Di mana saat kemerdekaan, perempuan dihargai sebagai Srikandi di medan perang.

"Penamaan Hari Ibu sendiri mereduksi peran perempuan sebelum kemerdekaan, di mana perempuan sangat berpengaruh saat itu. Baik yang sudah berkiprah jadi Srikandi di medan perang atau juga perawat saat itu," pungkas Nursyahbani.
(adf/asp)