Bloem selanjutnya memilih untuk menyebarkan kejadian yang menimpanya melalui media sosial. Hal tersebut dilakukan agar publik tahu akan perbuatan si pelaku dan agar si pelaku malu.
"Orang gila seperti itu bisa ada di mana-mana. Saya tak berniat melaporkannya ke polisi. Saya hanya ingin dia menjadi malu pada perbuatannya. Mungkin nenek, ibu, saudara perempuan atau bahkan istrinya juga akan malu melihat kelakuannya kepada perempuan," ujar Bloem, saat ditemui di sela-sela peluncuran novelnya di Balai Soedjatmoko, Solo, Kamis (15/12/2016) malam.
"Selanjutnya saya berharap dia akan mendapat perawatan dari dokter untuk menangani penyakitnya itu," lanjutnya.
Perempuan asal Amsterda itu menceritakan bahwa dia baru sampai di Solo pada Minggu malam pekan lalu. Kejadian tersebut terjadi pada Selasa (13/12) sekitar pukul 12.30 WIB. Kala itu dia sedang berjalan-jalan di Jalan Slamet Riyadi bersama suaminya, namun suaminya berjalan agak jauh karena sedang mengambil gambar.
Ketika sedang berjalan sendirian tak jauh dari Stadion Sriwedari, tiba-tiba ada pengendara motor mendekatinya. Semula Bloem sempat berpikir pengendara sepeda motor bebek bernomor polisi AD 2xxx QF berkaos putih itu akan menjambret tasnya. Namun rupanya dia salah duga. Lelaki itu justru melakukan pelecehan terhadap Bloem sebelum akhirnya kembali memacu sepeda motornya.
"Dia sepertinya sudah sangat berpengalaman melakukan tindakan gila itu di jalanan. Saya yakin bukan satu-satunya korban. Sebelumnya pasti sudah banyak korban. Tapi apapun, dia orang sakit. Dia melakukan pelecehan terhadap saya, perempuan tua 62 tahun," lanjutnya.
Lalu apa alasannya tidak melaporkan kejadian itu ke polisi? Bloem memaparkan, waktunya berada di Indonesia tidak lama. Tujuan utamanya adalah untuk peluncuran novel karyanya ke berbagai kota besar di Indonesia. Bahkan Jumat pagi besok dia sudah harus meninggalkan Solo, karena harus menghadiri peluncuran novelnya di Bali.
Karena itulah dia lebih memilih mengunggah identitas orang dan nomor polisi motor pelaku di media sosial, agar segera tersebar dan pelakunya diketahui oleh publik.
"Biar publik yang mempermalukannya. Semoga cukup membuatnya (pelaku) sadar dan malu. Sekali lagi saya katakan, orang gila seperti itu bisa ada dimana-mana. Saya tidak menyesal datang ke Solo ini. Saya tetap menilai kota ini menyenangkan, meskipun saya juga akan berpikir dua kali kalau harus datang lagi," tegasnya.
Marion Bloem dan suaminya datang ke Indonesia untuk peluncuran novel karyanya berjudul 'Moemie; Gadis Berusia Seratus Tahun'. Peluncuran novel dilakukan di Jakarta, Semarang, Malang, Solo, dan Bali. Novel itu sendiri mengisahkan tentang kehidupan seorang perempuan penyintas asal Bali, yang mengalami berbagai peristiwa dan tragedi sejak perang puputan, masa revolusi fisik, peristiwa 1965 hingga berbagai peristiwa politik di Indonesia setelahnya.
(mbr/rna)
Ngaku Jadi Korban Pelecehan di Solo, WN Belanda: Saya Ingin Pelakunya Malu
http://ift.tt/2hCxWRb
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ngaku Jadi Korban Pelecehan di Solo, WN Belanda: Saya Ingin Pelakunya Malu"
Post a Comment