Hal itu dikatakan Ketum ICMI Jimly Asshidiqie saat sambutan Silaturahmi Kerja Nasional dan Sekolah Pemimpin Nasional ICMI 2016 di Hotel Discovery Ancol, Jakarta, Kamis (8/12/2016) yang dibuka Wapres Jusuf Kalla. Menurut dia, ada masalah dalam kondisi politik sekarang.
"Silaturahmi penting untuk sinergi kebangsaan di tengah kondisi politik. Mengaku nasionalis tapi isinya kesukuan dan sektarian keagamaan. Nasionalisme jadi bungkus saja. Kebangsaan dan keislaman jangan lagi didikotomikan," kata Jimly.
ICMI melihat aksi 212 dan 412 punya pendukung masing-masing. Namun saling mengklaim sebagai pihak yang paling benar, padahal itu masalah sudut pandang belaka.
"Kalau semua mengklaim kebenaran mau jadi apa? Presiden dan wapres tampil di 212 dan menurunkan ketegangan. Mudah-mudahan setelah 212 dan 412 situasi bisa reda dan kita bisa mengawal penegakan hukum yang adil," ujar Jimly terkait kasus Ahok.
ICMI juga meminta pemerintah untuk lebih merangkul seluruh umat Islam, tidak hanya NU dan Muhammadiyah saja. Umat Islam pun diminta mengedepankan toleransi terhadap kelompok minoritas. ICMI menolak cara makar terhadap pemerintahan.
"Sikap kritis perlu dipelihara dan diarahkan pada kebijakan. Bukan menyerang pemimpin dengan motif menjatuhkan Presiden Jokowi. Kita harus menolak cara inkonstitusional," pungkas Jimly.
(fay/dnu)
ICMI: Sikap Kritis Perlu Dipelihara, Tapi Bukan Makar
http://ift.tt/2gppF4G
Bagikan Berita Ini
0 Response to "ICMI: Sikap Kritis Perlu Dipelihara, Tapi Bukan Makar"
Post a Comment